Today Quotes : “Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.” #Rectoverso

Selasa, 29 Oktober 2013

Elliot Smith - Between The Bars


ELLIOTT SMITH

"Between The Bars"


Drink up baby, stay up all night
With the things you could do
You won't but you might
The potential you'll be that you'll never see
The promises you'll only make
Drink up with me now
And forget all about the pressure of days
Do what I say and I'll make you okay
And drive them away
The images stuck in your head

The people you you've been before
That you don't want around around anymore
That push and shove and won't bend to your will
I'll keep them still

Drink up baby, look at the stars
I'll kiss you again between the bars
Where I'm seeing you there with your hands in the air
Waiting to finally be caught
Drink up one more time and I'll 
make you mine
Keep you apart, deep in my heart
Separate from the rest, where I like you the best
And keep the things you forgot

The people you've been before
That you don't want around anymore
That push and shove and won't bend to your will
I'll keep them still


Kamis, 19 September 2013

Bagian Hidup Part I



"Begitu banyak orang hidup dalam keadaan yang tidak menyenangkan, namun tidak sedikit dari mereka, tidak mengambil inisiatif untuk mengubah situasi mereka karena mereka dikondisikan untuk hidup aman, kesesuaian, dan konservatisme, yang semuanya mungkin tampak memberikan ketenangan pikiran, tetapi dalam kenyataannya tidak lebih dari merusak jiwa petualang, dari diri  manusia pada masa depan yang aman. inti sangat dasar dari semangat hidup seorang pria adalah semangat untuk petualangan. sukacita kehidupan berasal dari pertemuan kami dengan pengalaman baru, dan karenanya tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada memiliki cakrawala tanpa henti untuk berubah, untuk setiap hari, memiliki matahari baru dan berbeda " Chris Mc. Candless "Into The Wild"

Jumat, 19 Juli 2013

Delusi Kehilangan

Duniaku wajar. Ada satu matahari di siang hari yang masih terbit dari timur dan tenggelam di barat. Sesekali matahari itu tak tampak karena tertutup mendung. Ada satu bulan di malam hari yang masih selalu berdampingan di satu bentangan langit yang sama bersama matahari, setiap fajar dan senja. Bulan itu kadang tak tampak karena tertutup mendung. Kadang bintang-bintang terlalu cantik dan membuat perhatian bumi kepada bulan teralih. Di duniaku, gelombang yang pecah di garis pantai masih putih.

Duniaku homogen. Ia hanya punya satu musim, yaitu musim gugur. Angin sepoi-sepoi berhembus sepanjang tahun. Udara tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Tanah dan kursi-kursi taman dipenuhi warna merah bata dan cokelat dari daun-daun yang menyerah bergelantungan di dahan pohon-pohon.

Duniaku sederhana. Isinya tidak ramai, hanya beirsi beberapa orang yang memang adalah segalanya bagiku. Hanya merekalah yang mengisi penglihatanku di segala penjuru kehidupan yang aku miliki. Mereka sering membisikkan hal-hal ajaib yang selalu mampu menuntunku melakukan apa yang aku tidak tahu harus aku lakukan. Suara-suara lembut mereka mengisi seluruh atmosfer dan menjadi energi bagiku untuk melangkah dalam hal apapun itu.

"Tutuplah matamu dan tersenyumlah, karena aku mencintaimu."

Itu kalimat yang sering dibisikkan oleh Lila, salah satu orang yang ada di dalam duniaku. Dia kekasihku. Dialah yang hampir selalu menemaniku. Rambutnya panjang hampir mencapai pinggang. Hitam dan ikal bagian bawahnya. Matanya besar dan bulu matanya lentik sejak ia lahir. Telapak tangannya lembut, namun genggamannya jauh lebih lembut. Di atas semua itu, pelukannya-lah yang paling lembut.

"Teruslah berjalan, Nak. Ibu dan Tissa menunggumu pulang."

Itu suara ibuku yang sering ia perdengarkan di telingaku. Ibu dan adikku, Tissa, adalah dua orang lain yang mengisi duniaku. Dua orang yang mencintaku dengan segala kehidupannya. Dua orang yang lebih aku cintai daripada kehidupanku sendiri. Mereka adalah rumah paling mewah yang akan kujadikan tujuan selamanya, dan jangan tanyakan tentang ayahku. Aku tak tahu apa-apa tentangnya.

"Melompatlah dalam kebahagiaan. Kami ada di atas sana bersama mimpi-mimpimu dan kami siap menangkapmu."

Itu suara bisikan teman-temanku. Jumlah mereka tak banyak. Kami seringkali berenam. Aku tak perlu menjelaskan nama mereka satu demi satu, karena arti keberadaan mereka lebih dari sekadar nama yang mampu selalu diingat sepanjang hayat. Mereka saudara-saudara tempatku berpulang selama bertahun-tahun terakhir. Mereka pelarian ternyaman dari semua kerumitan hidup yang aku alami. Hampir semua waktuku aku habiskan bersama mereka, bahkan ketika aku sedang bersama Lila.

"Kak, tertawalah. Kami senang bersamamu."

Itu kalimat yang keluar dari bibir-bibir mungil sekelompok anak kecil yang tak mau berhenti bermain. Mereka ada sembilan orang. Semuanya berumur tak lebih dari lima tahun. Mereka tak lelah memamerkan deretan gigi mereka yang belum lengkap dan tak lelah memperebutkan bagian tubuhku untuk dipeluk. Setiap saat aku mendapati kebahagiaan ditodongkan kepadaku oleh mereka.

____________________________________________


Sore ini aku duduk di pinggir jalan raya. Matahari hampir menyerah pada garis cakrawala. Sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang. Rasanya sore ini sepi sekali. Tak ada siapapun terlihat olehku. Tidak satupun dari penghuni duniaku. Kendaraan dengan berbagai jumlah roda lalu-lalang di depanku. Ribut sekali suara mesin kendaraan, tapi tak ada satupun bisikan merdu orang-orang terbaikku terdengar di telingaku. Aku tak tahu harus melakukan apa. Semuanya seakan kosong. Asap knalpot kendaraan-kendaraan itu menyesakkan. Kepalaku terasa agak berat, dan sepertinya sore ini bukan musim gugur. Ini bukan duniaku.

Tiba-tiba kepalaku terasa berkabut. Ada sekelebat bayangan tentang berbagai macam hal yang bercampur aduk tidak karuan di dalam pikiranku. Aku seperti sedang menonton sebuah film. Rekaman potongan-potongan gambar itu diputar dengan kecepatan tinggi dan membuatku pusing. Namun aku masih bisa melihat dengan baik semua isi gambar yang diputar.

Di film dalam pikiranku itu, aku melihat diriku. Aku adalah mahasiswa tingkat akhir yang telah memasuki tahun keempat kuliah. Aku sedang menyelesaikan tugas akhirku. Aku memilih mengisi waktu luang kuliahku dengan mengajar di sebuah PAUD sebagai tenaga bantu. Anak didik yang aku tangani ada sembilan orang dan umur mereka tak lebih dari lima tahun. Aku sangat bahagia menjalaninya.

Di gambar lain dalam film itu, aku melihat Lila, kekasihku. Dia sedang duduk bersamaku, saling menggenggam tangan. Aku juga melihat kelima teman dekatku yang semuanya laki-laki. Kami sedang berkumpul dan berbagi canda seperti bagaimana kami biasa membunuh waktu. Lalu tiba-tiba gambar itu berubah menjadi sebuah kecelakaan hebat. Aku dan kelima temanku beserta Lila sedang di dalam perjalanan liburan. Kami mengendarai mobil ke luar kota. Ketika malam mulai melarut dan jalanan semakin sepi, mobil kami yang melaju entah pada kecepatan berapa itu tiba-tiba kehilangan kendali. Dewa, salah satu temanku yang memegang kemudi tak sadarkan diri. Mobil kami masuk ke sebuah jurang dan mengalami hantaman keras serta terguling hebat. Semua orang di dalam mobil itu meninggal di tempat, kecuali aku.

Di dalam film itu, aku melihat diriku begitu tertekan. Orang-orang terdekatku hilang dari sisiku dalam satu malam yang sama, untuk selamanya. Aku sempat mengurung diri selama sebulan dan tak mau melakukan apapun. Keseharianku hanya diisi dengan mengajar, karena bertemu anak-anak kecil itulah satu-satunya caraku berbahagia dan mengobati diri. Meskipun begitu, ternyata aku tak pernah bisa benar-benar sembuh. Rasanya tak akan ada yang mampu membuatku lebih tertekan lagi.

Ternyata aku salah. Ada yang mampu membuatku lebih tertekan. Di film itu, aku melihat gambar yang lebih menyakitkan. Dalam waktu satu bulan setelah kecelakaan maut yang aku alami, aku mendapat kabar dari kampung halamanku. Bukan kabar dari ibu dan adikku, melainkan kabar tentang ibu dan adikku. Kabar buruk. Aku diberitahu bahwa ibu dan adikku meninggal. Aku segera pulang dengan berderai-derai air mata sepanjang perjalanan. Sampai di rumah aku malah menemukan kabar yang lebih buruk. Kata tetanggaku, semalam rumahmu dibobol maling keji. Ia memperkosa ibuku lalu membunuhnya beserta adikku yang sedang menangis meraung-raung di sampingnya. Mataku sepertinya akan segera mengeluarkan darah. Hati dan pikiranku dipenuhi dendam dan makian. Aku tak mampu mengontrol diriku. Aku mengamuk sejadi-jadinya.

Gambar film selanjutnya yang kulihat adalah diriku sendiri dalam keadaan yang paling menyedihkan. Aku tak mau melakukan apapun sampai mungkin sekitar dua tahun. Kemarahan, kesedihan dan kehilangan terlalu pekat menyelimuti diriku. Aku hanya diam di rumah sendirian dan sebatang kara. Aku sering kehilangan kesadaran karena terlalu banyak melamun dan memaksa berpasrah diri menerima segalanya. Aku tidak sempat lagi memikirkan kuliahku atau apapun tentang diriku. Aku jarang keluar rumah, menyalakan lampu ketika malam, atau bahkan mandi dan makan sekalipun. Aku tidak peduli lagi.

Tiba-tiba suara klakson mobil yang lewat di depanku menyadarkanku dari lamunan-lamunan tentang masa laluku. Film yang berputar cepat di kepalaku itu berhenti. Akhirnya aku melihat Lila datang menujuku dari kejauhan. Ia tersenyum. Namun tubuhku telah diseret paksa beberapa petugas yang membawaku entah ke mana.

____________________________________________


Musim gugur lagi. Bangku-bangku taman dipenuhi daun-daun merah bata atau cokelat yang tak lagi bertahan di dahannya. Aku melihat semua penghuni duniaku ada di sekitarku. Di salah satu sudut halaman, sembilan anak didikku sedang sibuk bermain dan tertawa. Mereka tak pernah berhenti bermain. Di bangku taman di sudut lain halaman, Ibuku dan Tissa sedang mengobrol. Sekali-kali ibu merangkul Tissa dan ia tersenyum bahagia. Di pondokan di sudut halaman yang lain lagi, lima temanku sedang saling berbagi canda dan tawa. Bercengkrama khas sekumpulan laki-laki.

Aku menemukan diriku duduk di atas kursi roda. Padahal tidak ada yang salah dengan kakiku atau anggota tubuh manapun dari diriku. Aku mengenakan pakaian berwarna biru muda polos, sama baju dan celananya. Aku mengenakan sandal seperti sandal hotel. Di belakangku ada Lila. Dia yang mendorong kursi rodaku mengelilingi halaman sore ini. Sesekali dia berhenti, lalu kami tertawa-tawa melihat tingkah orang-orang lain, ibuku, adikku, anak-anak didikku, dan teman-temanku. Ketika dia menghentikan kursi rodaku, dia selalu memelukku dari belakang.

"Mas, ayo diminum dulu obatnya. Sudah waktunya minum obat."

Seorang perempuan lain berseragam terusan selutut warna putih menghampiriku. Seketika duniaku yang musimnya selalu gugur hilang. Orang-orang terbaik penghuni duniaku lenyap dari pandanganku. Aku masih duduk di atas kursi roda dengan pakaian biru muda baju dan celananya. Hari masih sore. Di sekelilingku, aku melihat banyak orang dengan bermacam-macam perilaku yang aneh dan lucu.

Aku lalu meminum obatku.


Potret Dalam Pigura


Untuk dia... Ya, D I A !
Untuk dia yang memegang tanganmu erat setelah dengan berat hati ku lepas
Untuk dia yang sekarang menjadi ceritamu 
Untuk dia yang menyelamatkanmu dariku, atau mungkin tidak
Untuk dia yang dalam anganku akan tersenyum manis denganmu di bingkai masa depan

Untuk mu... Ya, K A M U !
Untuk mu yang tiada hentinya menghujat diri
Untuk mu yang sesekali membisikan kata rindu di telingaku
Untuk mu yang hanya ingin menjalani 
Untuk mu yang menorehkan kenangan kemudian membiarkan ku menguburkannya, sendiri

Untuk ku... Ya, A K U !
Untuk ku yang tidak berhentinya menangis
Untuk ku yang menghapus semua jejak, tapi masih lekat dalam ingatan
Untuk ku yang berharap satu jengkal keajaiban
Untuk ku yang berdiri kemudian jatuh lagi dan sudahlah... aku lelah


Aku... dengan potret dalam pigura berjudul masa lalu....
mengukir peluh, mencari di mana kebahagiaan yang terbingkai itu...
tapi akhirnya aku sadar satu hal,
yang aku temukan bukan aku...
melainkan dia, dalam senyum baru berjudul masa depan. 

Traffic Light 'Kinanti'



“Aku tidak pernah mengerti akan filosofi dalam sebuah warna. Apalagi alasan kenapa traffic light itu berwarna MERAH, KUNING, dan HIJAU. Yang aku tau, sampai detik kamu pergi, aku masih setia mengamatinya”

Semuanya masih tetap sama. Posisi, detik bahkan intensitas kerusakannya. Dan aku pasti akan selalu kembali ke tempat ini. Tempat yg tidak pernah terlintas sebelumnya tapi malah memberikan kesan paling dalam dan nyata di hidup.

***

“dan kenapa lampu merah disini selalu lama. Tau gitu kan tadi lewat sana aja, males banget” kataku sambil memperbaiki posisi duduk “sabar sayang, toh tokonya kan tinggal belok. Lagian aku suka lampu merah ini. posisinya pas” yaa, ini jawaban yg sama setiap hari, terhitung dari hari aku menjadikannya sebagai perempuan di hidupku.

Perempuan itu adalah Kinanti. Seorang yg sederhana namun menarik. Tidak ada hal spesifik yg bisa membedakannya dengan perempuan lain kecuali ketertarikannya pada sebuah traffic light terlama dan sering rusak di salah satu pertigaan jalan di daerah kami.

Menurutnya hidup itu Traffic Light; Merah, Kuning, dan Hijau. Hidup yg jadi itu bukan Hitam, abu-abu, maupun putih karna itu hanya perwakilan dari sebuah bentuk keabstrakan pencarian jati diri. Kita hanya punya tiga pilihan, BERHENTI, BERSIAP, dan BERJALAN. Yaa, semoga tidak terjadi kesalahan karna sudah pasti akan ditangkap polisi. Hal ini berarti segala sesuatu memang harus fokus dan hati-hati. Kemudian berani bergerak dengan kelengkapan yg sesuai.

Manusia bebas memilih warnanya. Karena sesungguhnya hidup itu pilihan dan keberanian adalah kunci. Setiap yg berani memilih harus berani menerima konsekwensi.

***

“Ibu, pesanannya udah jadi ?” Tanya Kinanti kepada Bu Arni pemilik toko kue yg kami pesan. “udah mba kinan. Ini lagi dibungkus. Ibu lebihin 5 yaa” jawabnya ramah. Kinan mengambil bungkusan kue dari tangan Bu Arni sembari tersenyum dan berterima kasih.

Kami mengantarkan kue-kue tersebut di sebuah panti asuhan. Sudah merupakan tradisi keluarga besar mereka untuk selalu memberikan makanan kepada yatim piatu setiap bulannya. Keluarga kinanti adalah keluarga dermawan yg cukup terpandang. Ayah dan Ibunya merupakan pengusaha kayu ternama. Adat istiadat mereka masih sangat kental. Berbeda jauh denganku yg notabennya besar dari keluarga pengusaha ekspedisi dengan kehidupan kebarat-baratan.

***

Aku kembali terjebak di lampu merah favorit kinanti setelah mengantarkannya pulang. 150detik bukan waktu yg sebentar untuk menunggu jalan. tiba-tiba ponselku berdering, nada pengingat pesan dari nomor yg aku hafal benar. Isinya singkat dan jelas

“there’s something I wanna tell you. Kita ketemu di tempat biasa. I’m on my way”

Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Hal yg selalu ingin kuhindari tapi yakin cepat atau lambat akan terjadi. Aku memutar haluan kemudian melaju ke sebuah cafe untuk bertemu si pengirim sms.

Dia ada di sana. Duduk dengan dua cangkir kopi di hadapannya. Aku menghampirinya, memberikan kecupan manis di pipinya kemudian dengan tenang duduk tepat di depannya.

“apa kabar, tha ?” sapaku “berhenti basa-basi busuk, sa. Aku jauh-jauh kesini bukan untuk basa-basi. You know what I’m doin’ for almost 2 years, right ? sekarang aku malah denger kabar kamu pacaran sama kinanti. Are you insane ?” “okay, aku tidak akan melakukan pembelaan apa-apa, kabar yg kamu dengar itu benar dan…” “dan apa ? dan kamu mau bilang kalo kamu menyayanginya sedangkan kamu sendiri tau kenyataan hidup kamu kayak apa ? Aku berkorban, Sa. Aku rela mengasingkan diri selama 2 tahun dan ini yg aku dapat ? kamu jahat” “biarkan aku menyelesaikan ini. hubungan kami pun belum lama. Aku yakin Kinanti bisa mengerti, kamu tau aku juga berfikir keras untuk semuanya”

Pembicaraan kami berlangsung cukup lama. Banyak hal penting yg kemudian aku dan Agatha sepakati sebagai sebuah pilihan. Berat memang tapi ini yg paling baik.

***

5 hari kemudian..

Waktu menunjukan pukul 00.00 ketika Kinanti bersih keras untuk bertemu di traffic light favoritnya. Ia duduk di sebuah kursi jalan yg menghadap langsung ke traffic light, aku menghampirinya memberikan kecupan hangat di keningnya. Ia memandangiku sekali kemudian tersenyum dan kembali melihat ke arah traffic light

“aku…” “sssttttt, diam saja dulu. Aku tau apa yg terjadi dan aku tau cepat atau lambat ini semua bakalan ada. Aku cuma ingin membuatmu merasakan kesan yg sama akan tempat ini sebelum kamu benar-benar pergi dan melupakannya”

Ia menarik nafas panjang, memejamkan mata seolah-olah sedang melakukan sebuah proses penenangan diri terampuh.

“Agatha datang kapan ?” tanyanya tenang “sabtu kemarin” “jadi bagaimana wajahnya ? mirip kaukah ?” Pertanyaan Kinanti benar-benar menamparku. Aku ingin dia memakiku, meludahiku, memukuliku bahkan mungkin menendangku. Tapi kenapa dia malah setenang ini menghadapi semuanya ? seolah dia tidak tersakiti, dia tidak mati.

“kenapa kamu bisa setenang ini, kinan ? bilang sama aku kalau kamu marah, bilang kalau kamu sakit, bilang kalau kamu membenciku ?” “aku marah, aku sakit, tapi aku tidak bisa membenci. Semua orang tau cerita tentang kamu dan Agatha. Bahkan sampai hari kepergiannya hingga pada beberapa bulan kemudian kamu datang padaku dengan ketulusan yg aku percaya 100 persen, aku tau saat ini pasti datang” Ia menyenderkan kepalanya di bahuku “aku percaya dan yakin kamu sayang aku. Aku percaya dan yakin kalau mungkin waktu bisa kembali, kamu akan lebih memilih mengenalku dan aku percaya dan yakin bahwa semua hal telah tertulis termasuk cerita kita. Aku menjadikan tempat ini favorit bukan tanpa alasan. Aku percaya kemudian meyakini bahwa dari sebuah tempat menyebalkan pasti ada satu sudut menariknya. Begitulah traffic light yg selalu dikeluhkan ini” Ia berdiri, menggariskan sebuah senyum di bibirnya yg aku yakini pasti sebagai senyum perpisahan “aku tidak akan menganggapmu orang jahat. Aku juga memilih, memilih untuk meninggalkan tempat ini. Terima kasih untuk pengalaman satu tahun yg manis. Aku bahagia. Give a hug for Agatha and your little bear”

***

Itulah hari terakhir kali aku bertemu dengan Kinanti. Sudah lebih dari 5 tahun aku tidak mendengar kabarnya. Terakhir yg aku dengar, dia bekerja di seorang Perancang Busana Indonesia Ternama di Paris dan kemudian menetap disana.

Aku duduk pada posisi yg sama persis dengan 5 tahun lalu ketika kami berpisah. Hidup itu MERAH, KUNING, HIJAU. Siap-siap itu selalu ditengah antara berhenti atau berjalan. Jadi sebelum kita memilih untuk berhenti atau berjalan kita harus selalu siap. Bahwa segala kemungkinan bisa saja terjadi tanpa disadari. Semua itu hukum alam.

Tak ada yg pernah menyangka bagaimana aku mengirimkan pacarku untuk mengurus kelahiran bayi kami di negeri orang selama 2 tahun, kemudian aku membuka suatu lembar cerita baru dengan seorang gadis sederhana bernama Kinanti. Dia merubah pandanganku tentang bagaimana hidup yg kuat dengan impian. Bukan selalu berpatokan pada kenyataan dan mengikuti setiap arah gerak bumi. Kinanti meninggalkan banyak hal. Terutama pelajaran berharga tentang mensyukuri setiap pilihan dan kejadian yg ada walau berjalan tidak sesuai rencana.

Apa kabar kinanti ? aku merindukanmu…

Kamis, 30 Mei 2013

Adele - Don't You Remember


Don't You Remember | Adele



When will I see you again?
Kapan aku akan bertemu denganmu lagi?
You left with no goodbye, not a single word was said,
Kau pergi tanpa ucapkan selamat tinggal, tanpa sepatah katapun
No final kiss to seal any seams,
Tanpa kecupan terakhir 'tuk akhiri kebersamaan
I had no idea of the state we were in,
Aku tak tahu apa yang terjadi di antara kita

I know I have a fickle heart and bitterness,
Aku tahu hatiku plin-plan dan tak menyenangkan
And a wandering eye, and a heaviness in my head,
Dan mataku tak mau diam, dan kepalaku penuh masalah

CHORUS
But don't you remember?
Tapi tak ingatkan kau?
Don't you remember?
Tak ingatkah kau?
The reason you loved me before
Alasanmu dulu mencintaiku
Baby, please remember me once more,
Kasih, ingatlah aku sekali lagi

When was the last time you thought of me?
Kapan terakhir kali kau memikirkanku?
Or have you completely erased me from your memory?
Ataukah kau telah sepenuhnya menghapusku dari ingatanmu?
I often think about where I went wrong
Sering kuberpikir dimanakah salahku
The more I do, the less I know,
Semakin banyak yang kulakukan, semakin sedikit yang kutahu

But I know I have a fickle heart and bitterness,
Namun aku tahu hatiku plin-plan dan tak menyenangkan
And a wandering eye, and a heaviness in my head,
Dan mataku tak mau diam, dan kepalaku penuh masalah

CHORUS

Gave you the space so you could breathe,
Kuberi kau ruang agar kau bisa bernafas
I kept my distance so you would be free,
Kumenjauh agar kau bisa bebas
And hope that you find the missing piece,
Dan kuberharap kau kan temukan kepingan yang hilang itu
To bring you back to me,
Yang kan membawamu kembali padaku

CHORUS

When will I see you again?
Kapan aku akan bertemu denganmu lagi?

Selasa, 28 Mei 2013

Ini Laguku...


Dear Diary,
Let me tell you about my story,
I know it's rather sad,
but that's the way I feel..

Dear Diary,
I don't know if this is right or wrong,
Starting thinking of leaving him,
But I'm afraid it might hurt him..

All I want is for everything in the place,
So everyone is happy,
Is it too much ask for?
All I want is for everything in the place,
So everyone is happy,
Is that too much ask for?

Dear Diary,
Strong is not exactly the right words,
Started thinking of leaving him,
But I'm afraid it might hurt him..

Dear Diary,
Strong is not exactly the right word,
I don't know what to do now,
Confusion is all over.. me...

Dalam antrian kemacetan lampu merah, Kubuka dan kubaca berulang kali kertas text yang ada didalam CD band bernama mocca ini saat bertolak sendirian menuju Jakarta, Cd ini merupakan pemberian Ega dua hari yang lalu… dia bilang, ini adalah album terbaik yang pernah dia dengarkan seumur hidupnya. Baru hari ini sempat kudengarkan, dan lagu berjudul “Dear Diary” ini adalah lagu yang langsung memikat telingaku. Terus menerus kudengarkan… ulangi dan ulangi lagi tanpa bosan didalam kemacetan kota hari ini. Cuaca sedang tidak bersahabat, tapi lagu ini memanjakanku hingga tak kurasakan panas, ngantuk, kesal akibat macet, ataupun lapar yang sudah sejak sejam lalu menggangguku. Aku suka sekali musik, dan aku adalah wanita yang bisa menangis meraung-raung mendengarkan sebuah lagu yang menurutku sangat sesuai dengan apa yang sedang kurasakan saat mendengarkannya.

Lirik lagu ini menyedihkan, tapi tak sesuai dengan keadaanku saat ini. Aku suka lagu seperti ini, nyanyian yang mengalun, sedih, dan enak untuk dinyanyikan. Kepalaku begitu kerasnya berpikir kira-kira cocok tidak yah lagu ini untukku? Suasana hatiku sedang sangat baik, cincin pertunangan baru 3 minggu melingkar di jemari tanganku, senyum tak pernah absen dari bibirku, lalu bagaimana caranya agar lagu ini cocok untuk kondisiku ya? Aku berfikir cukup keras sambil terus mengemudikan mobil yang mulai bergerak kencang masuk ke ruas jalan tol. “Dear diary… let me tell you about my story…”, tanpa sadar aku mulai hafal lirik lagu ini. Aku memang sangat berlebihan, tapi tolong aku suka sekali lagu ini! aku ingin menjadikannya sebagai salah satu soundtrack hidupku!!! Aaaaaarrrrghhhhh!

Suara telepon genggamku berbunyi kencang memekakkan telinga, memecahkan lamunan tentang lagu ini. Sebenarnya aku adalah orang yang sangat disiplin mengenai aturan larangan mengangkat telepon atau membalas sms saat sedang mengemudi kendaraan, tapi saat kulihat nama Ega dilayar telepon genggamku, tanganku tak kuasa untuk mengacuhkannya.

“Halo sayang? Ya, aku baru masuk tol, masih jauh bangettt… iya, iya aku bakal hati-hati nyetirnya. Kamu udah makan? Bagusssss!! Calon suamiku ngga boleh kurusss!!! Ngga ngga ngga boleh diet-dietan yah! Okee, sebelum magrib aku udah di Bandung lagi ko janji, doakan interviewku lancar ya! O iya, CD mocca nya udah aku dengerin! Aku suka bangettt!!! Terimakasih yaaa Ega jelek hihi. Oke oke daah, nanti kukabari lagi. Wa’allaikumsallam..”, kututup telepon dari Ega. Dia laki-laki yang begitu baik dan santun terhadap aku dan keluargaku, tanpa ragu mengutarakan keseriusannya dengan melamarku…

Aku masih tersenyum membayangkan Ega saat sebuah truk menyalip mobilku dari sebelah kiri, truk itu mengenai bagian belakang mobilku, membuat oleng ke sebelah kanan saat sebuat bis besar menyusul dari sebelah kanan. Bagai berada dalam permainan bom-bom-car, aku terpelanting kesana kemari didalamnya… hingga tak bisa kuingat lagi apa yang terjadi setelah kurasakan mobil yang kukendarai mulai terjungkal terbalik mengeluarkan bunyi-bunyian keras yang begitu mengerikan…

Aku terbangun dari mimpi burukku, benar ini hanya mimpi buruk… karena kini aku sedang berada didalam kamarku yang begitu berantakan. Aku bukan perempuan apik dan rapi, ibuku selalu saja naik pitam melihat kelakuanku yang tak pernah bisa menjadi perempuan rapi. Mimpi tadi buruk sekali, mungkin aku terlalu tegang menghadapi interview di ibukota yang akan kujalani. Pasti ini masih hari minggu kan? Aku kan interview besok. Eh, tapi lagu itu? Apa mungkin sama dengan lagu yang kudengarkan dalam mimpi ya? Untuk memastikannya, aku harus mengambil CD itu didalam mobil dan mendengarkannya di dalam kamar, jika ternyata lagu dimimpiku sama dengan yang ada di CD, wuah ini akan jadi cerita menghebohkan di rumah ini! hihi… siapa tahu ternyata aku ini adalah perempuan yang diberi kesaktian lewat mimpi! Hihihi… sambil cekikikan kulangkahkan kaki ini keluar kamar, menuju garasi yang berada lantai 1 rumah ini.

Langkahku berhenti seketika, saat kulihat kondisi ruang tamu bawah yang begitu ramai dipenuhi oleh banyak orang yang mengenakan pakaian hitam. Kulihat ada Bapak dan Ibuku berdiri disana menyalami orang-orang yang datang, ada Tama adikku yang murung duduk disebelah seorang laki-laki yang duduk menelungkupkan kepalanya dalam dekap kedua tangannya, lalu kulihat Tama mulai memeluk laki-laki itu sambil menangis. Astaga ada apa iniiii????? Aku mulai penasaran dan mendekati mereka, aku tahu Ibu dan Bapak sedang sibuk bersalaman, kurasa Tama bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Kudekati Tama, mulai membuka mulut untuk bertanya… saat itulah saat dimana laki-laki yang sedang dipeluk Tama mengangkat wajahnya dan mulai menatap tubuhku yang berdiri didepan mereka berdua. “Astaga! Ega!!! Ya ampun kupikir kamu siapa! Ada apa ini Ga?? Ada apa?”, Ega hanya menggelengkan kepalanya dan mulai menangis lalu kemudian menelungkupkan kepalanya lagi, kali ini mulai menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tama yang sejak tadi berada disampingnya seolah tak peduli padaku dan mulai mengusap punggung Ega berusaha menenangkan. Aku semakin bingung… menurunkan posisi tubuhku dan duduk dihadapan Ega. “Gaa, kamu kenapa? Ada apa ini ga?”. Ega menutup kedua telinganya sambil terus menggelengkan kepalanya. Perlahan tangannya dilepaskan dari kedua wajahnya, dengan wajah yang masih menunduk, telunjuknya mengarah pada sesuatu yang ada dibelakangku… tubuhku refleks membalik ke arah yang ditunjuk oleh Ega.

Tak jauh dari posisiku sekarang, terbujur sesosok tubuh terbungkus kain batik tradisional. Aku yakin ini adalah sebuah jenazah orang meninggal, hatiku kaget bukan main dan langsung merasa was-was siapa gerangan dibalik jenazah itu. Pikiranku langsung menuju pada Fatir, kakak laki-lakiku yang dua hari lalu meminta ijin pada Ibu untuk mendaki gunung didaerah Sukabumi. Aku berteriak menjerit mendekati jenazah itu, “Fatirrrrr!!!!!!” tangisku pecah dan mulai

Aku tak punya waktu lagi untuk menebak siapa gerangan yang ada dibalik kain batik yang sudah sangat dekat denganku. Seorang tamu berpakaian serba hitam mendekati Fatir meminta dibukakan kain yang me utupi jenazah itu. Fatir membuka kain itu… Tiba-tiba Ega berteriak, “Tutup matamu Faraaaaaah…!!!”. Semua orang menoleh padanya, sementara mataku tetap terpaku menatap jenazah yang kini sudah bisa kulihat wajahnya…

Jenazah itu… adalah aku. Aku dengan luka lebam di dahi, dengan kulit pucat kebiruan…

“Ega sadar ga!! Ega sadar ga!!! Istigfar!!!”, kagetku terpecah oleh teriakan Ibu yang kini kulihat sedang memeluki Ega yang terlihat histeris. Aku mulai sadar, Ega bisa melihatku, dia tau kedatanganku. Selama ini aku hanya menganggapnya main-main, saat dia bercerita mengenai kemampuannya melihat mahkluk gaib. Lalu aku mulai tersadar lagi, jadi… aku ini mati? aku ini apa? Jadi… yang tadi kupikir mimpi itu sebenarnya bukan mimpi? Lalu, sekarang apa yang harus aku lakukan?

Aku begitu terpukul, terpukul atas apa yang terjadi kepadaku. Bukan atas meninggalnya diriku, tapi atas ketidaktahuanku untuk apa yang akan kulakukan kini… Tuhan aku harus bagaimana?
. . .

Sudah hari ketujuh, aku mulai terbiasa dengan keadaanku kini. Masih tak beranjak dari manapun, masih berdiam didalam kamarku yang kini sudah rapi, masih tak terlihat oleh yang lainnya, hanya terlihat olehnya… Ega. Aku senang mengetahui masih bisa berkomunikasi dengannya, aku bahagia dia masih saja mendampingiku… hampir setiap hari dia mendatangi kamarku dan mulai menangis bersedih, sedang aku berusaha menghiburnya dengan kata-kata seadanya… dia begitu terpukul atas kepergianku, begitupun aku… tapi aku tak bisa terus begini, bukan begini seharusnya kematian… bukankah seharusnya ada jalan pulang?
. . .

Sudah hari keempatpuluh, dan aku masih disini. Ega mulai ceria, dan terlihat sperti orang gila. Keluargaku mulai kesal padanya, dia selalu saja bilang bahwa aku masih ada di rumah ini dan menjadi bagian dari keluarga ini. Aku tahu Ibu akan kecewa mendengarnya walau tak menampik bahagia bisa tetap bersamaku meski mereka tak melihatku, ibu pasti kecewa kanapa anak perempuannya yang sudah meninggal tetap berada di rumahnya? kenapa anaknya tak menemukan jalan pulang? Sementara Ega, terus menerus mengajakku bercerita, dia terus berbicara tentang kehidupannya… segala yang dia jalani saat ini. Sejujurnya, sungguh kuterluka menangkap kesan bahwa tak sedikitpun dia memikirkan bagaima aku kini… aku ingin pulang dengan benar…
. . .

Hari ke 63 kematianku… Ega datang seperti biasa, mengarah ke kamarku, katanya ada cerita menarik di kantornya yang ingin dia ceritakan kepadaku. Sebelum dia memulainya, kuminta dia mengambil sebuah CD yang kudapatkan darinya, CD yang terakhirkali kudengarkan saat perjalanan terakhir menjelang kematianku.

Kuminta dia memutarkan lagu berjudul “Dear Diary”, sungguh sekarang aku tahu lagu ini begitu tepat untuk mengungkapkan perasaanku. Kuminta Ega untuk mendengarkannya dengan sungguh-sungguh, walau sedikit kaget… bisa kulihat airmata Ega berlinang saat lirik demi lirik lagu itu mengalun di telinga kami berdua…

Dear Diary,
I don't know if this is right or wrong,
Starting thinking of leaving him,
But I'm afraid it might hurt him..

All I want is for everything in the place,
So everyone is happy,
Is it too much ask for?
All I want is for everything in the place,
So everyone is happy,
Is that too much ask for?

“Ega, aku ingin pulang… tolong biarkan aku pergi, ijinkan aku melanjutkan perjalananku”, tanpa ancang-ancang kuungkapkan perasaanku pada Ega. Kulihat kali ini Ega tertunduk sedih, keadaannya sama seperti saat jasadku masih terbujur kaku di tengah rumah ini. Entahlah, intuisiku berkata bahwa aku tak tahu jalan pulang karena kekasih yang sangat kusayangi belum bisa menerima kepergianku. Aku ingin mencoba memintanya membantuku pulang, dan aku sangat mengerti ada sebuah kehidupan nyata yang harus dihadapi oleh seorang Ega yang kini berwujud berbeda dariku. Aku tahu kita saling menyayangi, dan aku tak siap kehilanganmu… tapi bagaimanapun ada jarak yang memisahkan kita, ada jalan yang memisahkan kita, dan aku ingin meniti jalanku yang sampai saat ini belum bisa kutemui…
ega hanya terdiam, menundukkan wajahnya, dengan air mata yang terus berlinangan…

lalu kemudian menganggukkan kepalanya…
. . .

Aku yakin intuisiku benar, karena entah berada dimana kini kuberada, menunggu jalan lainnya yang pasti akan datang… aku yakin keputusan Ega merelakanku adalah benar, karena kini aku tak lagi melihat semua orang dan semua benda yang pernah kulihat semasa kuhidup…

Aku yakin ini benar, aku hanya diam menanti titian jalan yang akan kutapaki selanjutnya…



Sumber : http://www.risasaraswati.com/2012/04/ini-laguku.html

Minggu, 19 Mei 2013

Graduation



18 Mei kemaren, akhirnya gue wisuda..
Setelah lulus 27 april kemaren, gue akhirnya diwisuda juga oleh kampus. Awalnya sih sempet bermasalah, soalnya kabar dari panitia buat wisudawan yang telat ga bisa masuk ke aula, karena tempatnya yang terbatas. cih shit damn kampret sekali !, mana bisa gue dateng doang tanpa di wisuda, tapi karena ada kebijakan lain jadi buat yang telat cuma di stop sebentar buat lancarnya  acara "KATA PANITIA"
dan gue punya tiket buat orang tua gue biar bisa masuk ke aula.
Masing-masing dari kita ngabarin kabar buruk itu.
Nyokap gue sih rada santai denger masalah ini.
Ada satu temen gue, namanya disamarkan, nelpon nyokapnya buat ngasih tau kabar ini.
Gue duduk di lantai deket rektorat sambil ngeliatin dia berdiri sambil nelpon nyokap nya..
Muka nya serius..
disamarkan : (nelpon dengan muka serius)
Gue : (ngedengerin dia nelpon.)
disamarkan : (masi nelpon tapi kebanyakan diem, dan akhirnya nutup telepon..)
“gimana reaksi nyokap lo ?” gue nanya penasaran..
“nyokap gue katanya mau nerobos masuk pas hari wisuda, parah ! slankers abis nyokap gue. Jangan-jangan ntar dia bakalan bakar ban kalo ga dikasi masuk. hahahaha’” katanya polos.
Gue : (ngjengkang kebelakang denger komentar bego lu)
Gak kebayang aja gimana pas ada hari wisuda, ada ibu-ibu histeris make kebaya dan berkonde,  yang  maksa nerobos masuk aula dan bakar ban di aula buat ngeliat anaknya diwisuda.
BONEK banget.
Tapi akhirnya setelah ngurusin berbagai hal disana-sini, birokrasi sana sini, mohon sana sini, kami bisa wisuda dengan orang tua mendampingi didalam aula, walaupun ada beberapa orang tua yg nangkring di depan aula gara-gara kaga ke konsepnya acara dari panitia.

Dari situ, gue jadi mikir. Apa sih yang kita cari dari wisuda? Sampe bela-belain memohon supaya orang tua kita bisa datang hari itu?


Wisuda sendiri cuma berisi acara sambutan-sambutan dari rektor maupun senat,trus ada acara nyanyi-nyanyi oleh paduan suara, trus nama lo dipanggil, maju kedepan, dan tali di toga lo digeser ke samping kanan ama rektor.

Udah gitu doang!
Belum lagi harus memakai toga  berbahan murahan itu, yang kalo dipake dengan jas didalamnya gerahnya minta ampun. Seandainya wisuda boleh make kaos dan jeans, gue rasa akan lebih menyenangkan dan nyaman.

Tapi dibalik semua itu, ada satu hal yang menjadi penyembuh semua kelelahan dan perjuangan gue tadi.
Hal itu adalah…senyum orang tua.
Senyum kepuasan dimuka mereka yang seolah bilang..
’Itu anakku!’
Bokap gue sendiri adalah orang yang ga suka berbasa basi, irit ngomong ga kayak gue. Waktu jaman-jamannya gue kuliah, beliau ga pernah sms atau nelf buat sekedar nanya gimana kuliah gue. Dia percaya sepenuhnya.
Tapi dihari wisuda gue, setelah keluar dari aula beres acara wisuda tadi.
Bokap gue langsung mendatangi gue dan meluk gue sambil ngomong dengan keras (maklum orang sumatera. hehe)
‘ akhirnya wisuda juga anak lelaki ku. haha ’ (sambil nepok-nepok pundak gue).
Gue cuma bisa senyam senyum doang,
Tapi gue bisa liat muka beliau, terlihat wajah bangga, puas dan bahagia, melihat anak lelakinya sudah di wisuda.


Dan ketika gue lihat muka nyokap sama bokap gue gue itu. Semua kelelahan yang gue rasakan selama 4 tahun, tugas-tugas yang menumpuk dulu, rapat-rapat organisasi itu, ujian-ujian yang gue lewati..
Semuanya terbayar..
Lunas!
Dalam hati gue pengen bilang…
“Do i make you proud, dad??”




Sabtu, 27 April 2013

Final Hearing


Sebelumnye sory Font nya aga bikin sakit mata, abis gue pusing nyari font buat tulisan dengan tema skirpsi ini.

SKRIPSI. Satu kata yang bikin mahasiswa nyaris lulus. Satu kata yang bikin pikiran mahasiswa gak karuan. Satu kata yang bikin perputaran kehidupan mahasiswa disitu-situ aja. Satu kata yang bikin kehidupan asmara mahasiswa jadi berantakan, yang jomblo bakal susah nyari pacar, yang pacaran bakal susah berduaan atau lebih tragis lagi sampe diputusin pacar. Skripsi emang penuh tragedi. Gue ngerjain skripsi selama 1 taun. Kalo diibaratin balita, skripsi gue lagi unyu-unyunya. Emang lama, tapi ada 2 hal yang jadi alesan utamanya. Pertama, MALES. Semua mahasiswa tingkat akhir pasti ngerasain lah, jadi gak perlu gue jelasin lagi. Kedua, GAME. Gue udah Asingin skripsi gue selama 5 bulan gara-gara GAME dedemit yang amat sangat nyita waktu gue buat ngerjain skripsi. Hubungannya sama skripsi adalah waktu.Iya.. Gue keseringan maen GAME. Ini membuat gue jarang ketemu dosen pembimbing. Kadang 2 bulan gue cuma ketemu 2 kali. Gue bersyukur punya dosen pembimbing yang baik, namanya Pak Nurfitriansyah dan bu ismi kaniawulan. Gimana gak baik, dia masih mau membimbing dedemit yang males-malesan buat ngerjain skripsi dan itu berlangsung selama 1 tahun. Aturan dari kampus, kalo mahasiswa gak bisa nyelesein skripsinya dalam 1 tahun harus ikut sidang selanjutnya dan kaga barengan sama angkatan gue, seharusnya gue udah beres dalam waktu 5 bulan kalo gue kaga males dan ketemu sama GAME dedemit itu, dalam ngerjain skripsi, banyak juga kendala yang gue dapetin. Misalnya, leptop gue yang kesamber petir, diputusin pacar (malah curhat), materi-materi yang susah gue pahamin, dan lain-lain. 2 bulan belakangan ini, gue fokus buat nyelesein skripsi. Banyak kerjaan yang gue cancel, bersahabat dengan perpus, sampe akhirnya skripsi gue di ACC sama dosen pembimbing, dengan kata lain dapat izin buat sidang. Gue pikir-pikir, kalo kemaren-kemaren gue fokus... skripsi gue gak nyampe 1 tahun. Tapi, ya sudahlah, penyesalan selalu ada dibelakang, kalo di depan namanya pendaftaran.  Maen football manager dulu, biar rileks. Hari bersejarah itupun datang. Rabu (27/04/13), hari dimana gue sidang skripsi. Sebelum berangkat, untuk pertama kalinya gue dandan sangat rapi, kemeja lengan panjang, celana bahan, sepatu pantopel, jas item dan rambut yang tersisir rapi. (kaya mau nikah yg ke 7) Gak nyaman sih, tapi apa boleh buat, gue harus menyesuaikan suasana sidang yang formal. 1 jam sebelom sidang dimulai, gue nyiapin semua peralatan, seperti LCD, leptop, dan lain-lain. Sunyinya ruang sidang, nambah tekanan buat gue dan itu berefek gue makin gak tenang. Mana waktu itu infokus yang gue mau pake trouble tampilan slide gue kaga muncul ! (cih ! keringet dingin) 


10 menit berlalu, 3 dosen penguji mulai masuk ruang sidang yang mana semuanya cowok, sebut saja mereka dengan Three Musketeers, Kemudian, disusul oleh dosen pembimbing gue. Tepat jam 1 siang, sidang skripsi gue di mulai. Diawali dengan sedikit sambutan oleh ketua dosen penguji, kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari gue selama 20 menit, setelah itu memasuki sesi tanya jawab. Ehm.. sesi tanya jawab.. sesi yang membuat gue keringet dingin.
Mungkin, karena dosen pengujinya cowok semua, jadi banyak pertanyaan-pertanyaan yang gak terduga. Selain itu, kebanyakan dosen cowok, mempunyai keingin-tahuan yang tinggi dan meminta jawaban yang sangat-teramat detail. 3 pertanyaan awal dari salah satu personil three muskeeters, gue jawab dengan lumayan lancar. Masuk pertanyaan ketujuh dan seterusnya.. JENG.. JENG.. JENG.. sedikitnya gue ngeblank di 2 pertanyaan dan cuma mesem. Begitu juga pertanyaan dari 2 personil three musketeers lainnya. Mesem artinya gue ngasih senyuman terindah dan terbaik untuk Three Musketers ketika gue gak bisa menjawab pertanyaan mereka. Hahaha… Gak semua pertanyaan mereka yang gak bisa gue jawab, ada beberapa pertanyaan yang gue jawab dan gue juga mendapatkan bantuan dari dosen pembimbing, ketika gue kebingungan memahami maksud dari pertanyaan Three Musketers. 2 jam berlalu, akhirnya sidang gue selesai dan malem nya ceremony penutupan sidang di gelombang gue, sedikit puisi dari dosen tercantik dikampus gue, yang bikin sebagian peserta sidang nangis tragis yang keluar dari kuping



dan akhir nya nama gue disebut TERTEREEEEET !! gue dinyatakan LULUS dengan peringkat 2 terbaik.




Revisinya gak banyak, cuma menambahkan sedikit penjelasan dan memperbaiki tulisan. Rasanya selesai sidang itu, PLONG (nulisnya gak nyante). Yah, gak perlu gue jelasin lah plongnya kayak pups di hutan amazon lah lega seger gitu lah, yang udah ngerasain sidang skripsi, pasti pada tau. Temen-temen gue pada ngucapin selamat dan langsung malak buat traktiran, modyar! Baru juga selesai, belum istirahat sama sekali, udah dipalak aja. Pada gak tau apa pikiran gue capek. Hehehe…Mungkin, segitu aja cerita skripsi gue, dari ngerjain sampe sidang. Dan buat temen-temen yang lagi ngerjain skripsi, cepet diselesein dan jangan takut buat sidang, cuma 2 jam ini. Hehehe… #RestInPeaceSkripsi


Sabtu, 06 April 2013

Secondhand serenade - Your Call


Seconhand Serenade (Your Call) 


Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
Menunggu teleponmu, aku muak, aku marah
call I'm desperate for your voice
Aku sangat ingin mendengar suaramu
Listening to the song we used to sing
Mendengarkan lagu yang dulu kita nyanyikan
In the car, do you remember
Di dalam mobil, apakah kau ingat
Butterfly, Early Summer
Kupu-kupu, awal musim panas 
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Semua terulang, seperti saat dulu kita bertemu
Like when we would meet
Seperti saat dulu kita bertemu

Chorus
Cause I was born to tell you I love you
Karena aku dilahirkan untuk bilang aku mencintaimu
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Dan aku tersiksa melakukan apa yang harus kulakukan, untuk menjadikanmu milikku
Stay with me tonight
Tinggallah bersamaku malam ini

Stripped and polished, I am new, I am fresh
Telanjang dan bersih, aku baru, aku segar
I am feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh
Aku merasa sangat berambisi, kau dan aku, tubuh kita
Cause every breath that you will take
Karena tiap nafas yang akan kau hirup
when you are sitting next to me
Saat kau duduk di sisiku
will bring life into my deepest hopes, What's your fantasy?
Akan membawa hidup ke harapan terdalamku, apakah fantasimu?
(What's your, what's your, what's your...)

Back to Chorus

And I'm tired of being all alone
Dan aku lelah sendirian
And this solitary moment makes me want to come back home
Dan saat-saat sendiri ini membuatku ingin pulang
(repeat 4x)



Seconhand Serenade - Fall For You (Translate)


Secondhand Serenade)
Fall For You (


The best thing about tonight's that we're not fighting
Hal terbaik yang terjadi malam ini adalah kita tak bertengkar
Could it be that we have been this way before
Pernahkah kita seperti ini sebelumnya?
I know you don't think that I am trying
Aku tahu kau kira aku tak mencoba
I know you're wearing thin down to the core
Aku tahu kesabaranmu telah habis

But hold your breath
Namun tahanlah nafasmu
Because tonight will be the night that I will fall for you Over again
Karena malam ini adalah saatnya aku akan jatuh padamu lagi
Don't make me change my mind
Jangan sampai aku berubah pikiran
Or I won't live to see another day
Atau lebih baik aku tidak melihat hari lain
I swear it's true
Aku bersumpah ini adalah kenyataan
Because a girl like you is impossible to find
Karena tak mungkin ketemukan gadis sepertimu
You're impossible to find
Kamu tak mungkin ditemukan

This is not what I intended
Ini bukanlah yang kuharapkan
I always swore to you I'd never fall apart
Aku selalu bersumpah padamu aku takkan pernah hilang kendali
You always thought that I was stronger
Kamu selalu mengira aku lebih kuat
I may have failed
Mungkin aku memang gagal
But I have loved you from the start
Tapi aku mencintaimu dari awal
Oh

But hold your breath
Namun tahanlah nafasmu
Because tonight will be the night that I will fall for you Over again
Karena malam ini adalah saatnya aku akan jatuh padamu lagi
Don't make me change my mind
Jangan sampai aku berubah pikiran
Or I won't live to see another day
Atau lebih baik aku tidak melihat hari lain
I swear it's true
Aku bersumpah ini adalah kenyataan
Because a girl like you is impossible to find
Karena tak mungkin ketemukan gadis sepertimu
It's impossible
Itu tidak mungkin

So breathe in so deep
Maka tarik nafasmu dalam-dalam
Breathe me in
Hirup aku
I'm yours to keep
Aku milikmu untuk kau simpan
And hold onto your words
Dan jagalah kata-katamu
'Cause talk is cheap
Karena bicara itu murah
And remember me tonight
Dan ingatlah aku malam ini
When you're asleep
Ketika kamu terlelap

Because tonight will be the night that I will fall for you Over again
Karena malam ini adalah saatnya aku akan jatuh padamu lagi
Don't make me change my mind
Jangan sampai aku berubah pikiran
Or I won't live to see another day
Atau lebih baik aku tidak melihat hari lain
I swear it's true
Aku bersumpah ini adalah kenyataan
Because a girl like you is impossible to find
Karena tak mungkin ketemukan gadis sepertimu
Tonight will be the night that I will fall for you Over again
Karena malam ini adalah saatnya aku akan jatuh padamu lagi
Don't make me change my mind
Jangan sampai aku berubah pikiran
Or I won't live to see another day
Atau lebih baik aku tidak melihat hari lain
I swear it's true
Aku bersumpah ini adalah kenyataan
Because a girl like you is impossible to find
Karena tak mungkin ketemukan gadis sepertimu
You're impossible to find
Kamu tak mungkin ditemukan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...