Today Quotes : “Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.” #Rectoverso

Kamis, 30 Mei 2013

Adele - Don't You Remember


Don't You Remember | Adele



When will I see you again?
Kapan aku akan bertemu denganmu lagi?
You left with no goodbye, not a single word was said,
Kau pergi tanpa ucapkan selamat tinggal, tanpa sepatah katapun
No final kiss to seal any seams,
Tanpa kecupan terakhir 'tuk akhiri kebersamaan
I had no idea of the state we were in,
Aku tak tahu apa yang terjadi di antara kita

I know I have a fickle heart and bitterness,
Aku tahu hatiku plin-plan dan tak menyenangkan
And a wandering eye, and a heaviness in my head,
Dan mataku tak mau diam, dan kepalaku penuh masalah

CHORUS
But don't you remember?
Tapi tak ingatkan kau?
Don't you remember?
Tak ingatkah kau?
The reason you loved me before
Alasanmu dulu mencintaiku
Baby, please remember me once more,
Kasih, ingatlah aku sekali lagi

When was the last time you thought of me?
Kapan terakhir kali kau memikirkanku?
Or have you completely erased me from your memory?
Ataukah kau telah sepenuhnya menghapusku dari ingatanmu?
I often think about where I went wrong
Sering kuberpikir dimanakah salahku
The more I do, the less I know,
Semakin banyak yang kulakukan, semakin sedikit yang kutahu

But I know I have a fickle heart and bitterness,
Namun aku tahu hatiku plin-plan dan tak menyenangkan
And a wandering eye, and a heaviness in my head,
Dan mataku tak mau diam, dan kepalaku penuh masalah

CHORUS

Gave you the space so you could breathe,
Kuberi kau ruang agar kau bisa bernafas
I kept my distance so you would be free,
Kumenjauh agar kau bisa bebas
And hope that you find the missing piece,
Dan kuberharap kau kan temukan kepingan yang hilang itu
To bring you back to me,
Yang kan membawamu kembali padaku

CHORUS

When will I see you again?
Kapan aku akan bertemu denganmu lagi?

Selasa, 28 Mei 2013

Ini Laguku...


Dear Diary,
Let me tell you about my story,
I know it's rather sad,
but that's the way I feel..

Dear Diary,
I don't know if this is right or wrong,
Starting thinking of leaving him,
But I'm afraid it might hurt him..

All I want is for everything in the place,
So everyone is happy,
Is it too much ask for?
All I want is for everything in the place,
So everyone is happy,
Is that too much ask for?

Dear Diary,
Strong is not exactly the right words,
Started thinking of leaving him,
But I'm afraid it might hurt him..

Dear Diary,
Strong is not exactly the right word,
I don't know what to do now,
Confusion is all over.. me...

Dalam antrian kemacetan lampu merah, Kubuka dan kubaca berulang kali kertas text yang ada didalam CD band bernama mocca ini saat bertolak sendirian menuju Jakarta, Cd ini merupakan pemberian Ega dua hari yang lalu… dia bilang, ini adalah album terbaik yang pernah dia dengarkan seumur hidupnya. Baru hari ini sempat kudengarkan, dan lagu berjudul “Dear Diary” ini adalah lagu yang langsung memikat telingaku. Terus menerus kudengarkan… ulangi dan ulangi lagi tanpa bosan didalam kemacetan kota hari ini. Cuaca sedang tidak bersahabat, tapi lagu ini memanjakanku hingga tak kurasakan panas, ngantuk, kesal akibat macet, ataupun lapar yang sudah sejak sejam lalu menggangguku. Aku suka sekali musik, dan aku adalah wanita yang bisa menangis meraung-raung mendengarkan sebuah lagu yang menurutku sangat sesuai dengan apa yang sedang kurasakan saat mendengarkannya.

Lirik lagu ini menyedihkan, tapi tak sesuai dengan keadaanku saat ini. Aku suka lagu seperti ini, nyanyian yang mengalun, sedih, dan enak untuk dinyanyikan. Kepalaku begitu kerasnya berpikir kira-kira cocok tidak yah lagu ini untukku? Suasana hatiku sedang sangat baik, cincin pertunangan baru 3 minggu melingkar di jemari tanganku, senyum tak pernah absen dari bibirku, lalu bagaimana caranya agar lagu ini cocok untuk kondisiku ya? Aku berfikir cukup keras sambil terus mengemudikan mobil yang mulai bergerak kencang masuk ke ruas jalan tol. “Dear diary… let me tell you about my story…”, tanpa sadar aku mulai hafal lirik lagu ini. Aku memang sangat berlebihan, tapi tolong aku suka sekali lagu ini! aku ingin menjadikannya sebagai salah satu soundtrack hidupku!!! Aaaaaarrrrghhhhh!

Suara telepon genggamku berbunyi kencang memekakkan telinga, memecahkan lamunan tentang lagu ini. Sebenarnya aku adalah orang yang sangat disiplin mengenai aturan larangan mengangkat telepon atau membalas sms saat sedang mengemudi kendaraan, tapi saat kulihat nama Ega dilayar telepon genggamku, tanganku tak kuasa untuk mengacuhkannya.

“Halo sayang? Ya, aku baru masuk tol, masih jauh bangettt… iya, iya aku bakal hati-hati nyetirnya. Kamu udah makan? Bagusssss!! Calon suamiku ngga boleh kurusss!!! Ngga ngga ngga boleh diet-dietan yah! Okee, sebelum magrib aku udah di Bandung lagi ko janji, doakan interviewku lancar ya! O iya, CD mocca nya udah aku dengerin! Aku suka bangettt!!! Terimakasih yaaa Ega jelek hihi. Oke oke daah, nanti kukabari lagi. Wa’allaikumsallam..”, kututup telepon dari Ega. Dia laki-laki yang begitu baik dan santun terhadap aku dan keluargaku, tanpa ragu mengutarakan keseriusannya dengan melamarku…

Aku masih tersenyum membayangkan Ega saat sebuah truk menyalip mobilku dari sebelah kiri, truk itu mengenai bagian belakang mobilku, membuat oleng ke sebelah kanan saat sebuat bis besar menyusul dari sebelah kanan. Bagai berada dalam permainan bom-bom-car, aku terpelanting kesana kemari didalamnya… hingga tak bisa kuingat lagi apa yang terjadi setelah kurasakan mobil yang kukendarai mulai terjungkal terbalik mengeluarkan bunyi-bunyian keras yang begitu mengerikan…

Aku terbangun dari mimpi burukku, benar ini hanya mimpi buruk… karena kini aku sedang berada didalam kamarku yang begitu berantakan. Aku bukan perempuan apik dan rapi, ibuku selalu saja naik pitam melihat kelakuanku yang tak pernah bisa menjadi perempuan rapi. Mimpi tadi buruk sekali, mungkin aku terlalu tegang menghadapi interview di ibukota yang akan kujalani. Pasti ini masih hari minggu kan? Aku kan interview besok. Eh, tapi lagu itu? Apa mungkin sama dengan lagu yang kudengarkan dalam mimpi ya? Untuk memastikannya, aku harus mengambil CD itu didalam mobil dan mendengarkannya di dalam kamar, jika ternyata lagu dimimpiku sama dengan yang ada di CD, wuah ini akan jadi cerita menghebohkan di rumah ini! hihi… siapa tahu ternyata aku ini adalah perempuan yang diberi kesaktian lewat mimpi! Hihihi… sambil cekikikan kulangkahkan kaki ini keluar kamar, menuju garasi yang berada lantai 1 rumah ini.

Langkahku berhenti seketika, saat kulihat kondisi ruang tamu bawah yang begitu ramai dipenuhi oleh banyak orang yang mengenakan pakaian hitam. Kulihat ada Bapak dan Ibuku berdiri disana menyalami orang-orang yang datang, ada Tama adikku yang murung duduk disebelah seorang laki-laki yang duduk menelungkupkan kepalanya dalam dekap kedua tangannya, lalu kulihat Tama mulai memeluk laki-laki itu sambil menangis. Astaga ada apa iniiii????? Aku mulai penasaran dan mendekati mereka, aku tahu Ibu dan Bapak sedang sibuk bersalaman, kurasa Tama bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Kudekati Tama, mulai membuka mulut untuk bertanya… saat itulah saat dimana laki-laki yang sedang dipeluk Tama mengangkat wajahnya dan mulai menatap tubuhku yang berdiri didepan mereka berdua. “Astaga! Ega!!! Ya ampun kupikir kamu siapa! Ada apa ini Ga?? Ada apa?”, Ega hanya menggelengkan kepalanya dan mulai menangis lalu kemudian menelungkupkan kepalanya lagi, kali ini mulai menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tama yang sejak tadi berada disampingnya seolah tak peduli padaku dan mulai mengusap punggung Ega berusaha menenangkan. Aku semakin bingung… menurunkan posisi tubuhku dan duduk dihadapan Ega. “Gaa, kamu kenapa? Ada apa ini ga?”. Ega menutup kedua telinganya sambil terus menggelengkan kepalanya. Perlahan tangannya dilepaskan dari kedua wajahnya, dengan wajah yang masih menunduk, telunjuknya mengarah pada sesuatu yang ada dibelakangku… tubuhku refleks membalik ke arah yang ditunjuk oleh Ega.

Tak jauh dari posisiku sekarang, terbujur sesosok tubuh terbungkus kain batik tradisional. Aku yakin ini adalah sebuah jenazah orang meninggal, hatiku kaget bukan main dan langsung merasa was-was siapa gerangan dibalik jenazah itu. Pikiranku langsung menuju pada Fatir, kakak laki-lakiku yang dua hari lalu meminta ijin pada Ibu untuk mendaki gunung didaerah Sukabumi. Aku berteriak menjerit mendekati jenazah itu, “Fatirrrrr!!!!!!” tangisku pecah dan mulai

Aku tak punya waktu lagi untuk menebak siapa gerangan yang ada dibalik kain batik yang sudah sangat dekat denganku. Seorang tamu berpakaian serba hitam mendekati Fatir meminta dibukakan kain yang me utupi jenazah itu. Fatir membuka kain itu… Tiba-tiba Ega berteriak, “Tutup matamu Faraaaaaah…!!!”. Semua orang menoleh padanya, sementara mataku tetap terpaku menatap jenazah yang kini sudah bisa kulihat wajahnya…

Jenazah itu… adalah aku. Aku dengan luka lebam di dahi, dengan kulit pucat kebiruan…

“Ega sadar ga!! Ega sadar ga!!! Istigfar!!!”, kagetku terpecah oleh teriakan Ibu yang kini kulihat sedang memeluki Ega yang terlihat histeris. Aku mulai sadar, Ega bisa melihatku, dia tau kedatanganku. Selama ini aku hanya menganggapnya main-main, saat dia bercerita mengenai kemampuannya melihat mahkluk gaib. Lalu aku mulai tersadar lagi, jadi… aku ini mati? aku ini apa? Jadi… yang tadi kupikir mimpi itu sebenarnya bukan mimpi? Lalu, sekarang apa yang harus aku lakukan?

Aku begitu terpukul, terpukul atas apa yang terjadi kepadaku. Bukan atas meninggalnya diriku, tapi atas ketidaktahuanku untuk apa yang akan kulakukan kini… Tuhan aku harus bagaimana?
. . .

Sudah hari ketujuh, aku mulai terbiasa dengan keadaanku kini. Masih tak beranjak dari manapun, masih berdiam didalam kamarku yang kini sudah rapi, masih tak terlihat oleh yang lainnya, hanya terlihat olehnya… Ega. Aku senang mengetahui masih bisa berkomunikasi dengannya, aku bahagia dia masih saja mendampingiku… hampir setiap hari dia mendatangi kamarku dan mulai menangis bersedih, sedang aku berusaha menghiburnya dengan kata-kata seadanya… dia begitu terpukul atas kepergianku, begitupun aku… tapi aku tak bisa terus begini, bukan begini seharusnya kematian… bukankah seharusnya ada jalan pulang?
. . .

Sudah hari keempatpuluh, dan aku masih disini. Ega mulai ceria, dan terlihat sperti orang gila. Keluargaku mulai kesal padanya, dia selalu saja bilang bahwa aku masih ada di rumah ini dan menjadi bagian dari keluarga ini. Aku tahu Ibu akan kecewa mendengarnya walau tak menampik bahagia bisa tetap bersamaku meski mereka tak melihatku, ibu pasti kecewa kanapa anak perempuannya yang sudah meninggal tetap berada di rumahnya? kenapa anaknya tak menemukan jalan pulang? Sementara Ega, terus menerus mengajakku bercerita, dia terus berbicara tentang kehidupannya… segala yang dia jalani saat ini. Sejujurnya, sungguh kuterluka menangkap kesan bahwa tak sedikitpun dia memikirkan bagaima aku kini… aku ingin pulang dengan benar…
. . .

Hari ke 63 kematianku… Ega datang seperti biasa, mengarah ke kamarku, katanya ada cerita menarik di kantornya yang ingin dia ceritakan kepadaku. Sebelum dia memulainya, kuminta dia mengambil sebuah CD yang kudapatkan darinya, CD yang terakhirkali kudengarkan saat perjalanan terakhir menjelang kematianku.

Kuminta dia memutarkan lagu berjudul “Dear Diary”, sungguh sekarang aku tahu lagu ini begitu tepat untuk mengungkapkan perasaanku. Kuminta Ega untuk mendengarkannya dengan sungguh-sungguh, walau sedikit kaget… bisa kulihat airmata Ega berlinang saat lirik demi lirik lagu itu mengalun di telinga kami berdua…

Dear Diary,
I don't know if this is right or wrong,
Starting thinking of leaving him,
But I'm afraid it might hurt him..

All I want is for everything in the place,
So everyone is happy,
Is it too much ask for?
All I want is for everything in the place,
So everyone is happy,
Is that too much ask for?

“Ega, aku ingin pulang… tolong biarkan aku pergi, ijinkan aku melanjutkan perjalananku”, tanpa ancang-ancang kuungkapkan perasaanku pada Ega. Kulihat kali ini Ega tertunduk sedih, keadaannya sama seperti saat jasadku masih terbujur kaku di tengah rumah ini. Entahlah, intuisiku berkata bahwa aku tak tahu jalan pulang karena kekasih yang sangat kusayangi belum bisa menerima kepergianku. Aku ingin mencoba memintanya membantuku pulang, dan aku sangat mengerti ada sebuah kehidupan nyata yang harus dihadapi oleh seorang Ega yang kini berwujud berbeda dariku. Aku tahu kita saling menyayangi, dan aku tak siap kehilanganmu… tapi bagaimanapun ada jarak yang memisahkan kita, ada jalan yang memisahkan kita, dan aku ingin meniti jalanku yang sampai saat ini belum bisa kutemui…
ega hanya terdiam, menundukkan wajahnya, dengan air mata yang terus berlinangan…

lalu kemudian menganggukkan kepalanya…
. . .

Aku yakin intuisiku benar, karena entah berada dimana kini kuberada, menunggu jalan lainnya yang pasti akan datang… aku yakin keputusan Ega merelakanku adalah benar, karena kini aku tak lagi melihat semua orang dan semua benda yang pernah kulihat semasa kuhidup…

Aku yakin ini benar, aku hanya diam menanti titian jalan yang akan kutapaki selanjutnya…



Sumber : http://www.risasaraswati.com/2012/04/ini-laguku.html

Minggu, 19 Mei 2013

Graduation



18 Mei kemaren, akhirnya gue wisuda..
Setelah lulus 27 april kemaren, gue akhirnya diwisuda juga oleh kampus. Awalnya sih sempet bermasalah, soalnya kabar dari panitia buat wisudawan yang telat ga bisa masuk ke aula, karena tempatnya yang terbatas. cih shit damn kampret sekali !, mana bisa gue dateng doang tanpa di wisuda, tapi karena ada kebijakan lain jadi buat yang telat cuma di stop sebentar buat lancarnya  acara "KATA PANITIA"
dan gue punya tiket buat orang tua gue biar bisa masuk ke aula.
Masing-masing dari kita ngabarin kabar buruk itu.
Nyokap gue sih rada santai denger masalah ini.
Ada satu temen gue, namanya disamarkan, nelpon nyokapnya buat ngasih tau kabar ini.
Gue duduk di lantai deket rektorat sambil ngeliatin dia berdiri sambil nelpon nyokap nya..
Muka nya serius..
disamarkan : (nelpon dengan muka serius)
Gue : (ngedengerin dia nelpon.)
disamarkan : (masi nelpon tapi kebanyakan diem, dan akhirnya nutup telepon..)
“gimana reaksi nyokap lo ?” gue nanya penasaran..
“nyokap gue katanya mau nerobos masuk pas hari wisuda, parah ! slankers abis nyokap gue. Jangan-jangan ntar dia bakalan bakar ban kalo ga dikasi masuk. hahahaha’” katanya polos.
Gue : (ngjengkang kebelakang denger komentar bego lu)
Gak kebayang aja gimana pas ada hari wisuda, ada ibu-ibu histeris make kebaya dan berkonde,  yang  maksa nerobos masuk aula dan bakar ban di aula buat ngeliat anaknya diwisuda.
BONEK banget.
Tapi akhirnya setelah ngurusin berbagai hal disana-sini, birokrasi sana sini, mohon sana sini, kami bisa wisuda dengan orang tua mendampingi didalam aula, walaupun ada beberapa orang tua yg nangkring di depan aula gara-gara kaga ke konsepnya acara dari panitia.

Dari situ, gue jadi mikir. Apa sih yang kita cari dari wisuda? Sampe bela-belain memohon supaya orang tua kita bisa datang hari itu?


Wisuda sendiri cuma berisi acara sambutan-sambutan dari rektor maupun senat,trus ada acara nyanyi-nyanyi oleh paduan suara, trus nama lo dipanggil, maju kedepan, dan tali di toga lo digeser ke samping kanan ama rektor.

Udah gitu doang!
Belum lagi harus memakai toga  berbahan murahan itu, yang kalo dipake dengan jas didalamnya gerahnya minta ampun. Seandainya wisuda boleh make kaos dan jeans, gue rasa akan lebih menyenangkan dan nyaman.

Tapi dibalik semua itu, ada satu hal yang menjadi penyembuh semua kelelahan dan perjuangan gue tadi.
Hal itu adalah…senyum orang tua.
Senyum kepuasan dimuka mereka yang seolah bilang..
’Itu anakku!’
Bokap gue sendiri adalah orang yang ga suka berbasa basi, irit ngomong ga kayak gue. Waktu jaman-jamannya gue kuliah, beliau ga pernah sms atau nelf buat sekedar nanya gimana kuliah gue. Dia percaya sepenuhnya.
Tapi dihari wisuda gue, setelah keluar dari aula beres acara wisuda tadi.
Bokap gue langsung mendatangi gue dan meluk gue sambil ngomong dengan keras (maklum orang sumatera. hehe)
‘ akhirnya wisuda juga anak lelaki ku. haha ’ (sambil nepok-nepok pundak gue).
Gue cuma bisa senyam senyum doang,
Tapi gue bisa liat muka beliau, terlihat wajah bangga, puas dan bahagia, melihat anak lelakinya sudah di wisuda.


Dan ketika gue lihat muka nyokap sama bokap gue gue itu. Semua kelelahan yang gue rasakan selama 4 tahun, tugas-tugas yang menumpuk dulu, rapat-rapat organisasi itu, ujian-ujian yang gue lewati..
Semuanya terbayar..
Lunas!
Dalam hati gue pengen bilang…
“Do i make you proud, dad??”




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...